![]() |
Sumber gambar sini |
Pernah suatu hari temanku yang cantik membuat
status di sosmed “pengen deh bisa jalan-jalan ke negara A dan B”. Seketika ada
yang komen “apa bagusnya ke negara tersebut cuma ada ini dan itu, mending ke
negara C aja, lebih menarik banyak ini dan banyak itu”. Yang membuat status
tadi belum pernah keluar negeri, dan yang komen tadi sudah beberapa kali
melakukan perjalanan luar negeri. Aku hanya bisa tersenyum getir karena aku
juga ikut komen sebelumnya dan memberi saran untuk menabung dan mulai giat
mencari tiket promo.
![]() |
Sumber gambar sini |
Dan si komentator masih berlanjut, “kalau aku sih
liburan maunya yang begini, ada ini-nya ada itu-nya, males kalau cuma
gedung-gedung tinggi kayak negara A dan B”. Baiklah aku lanjut senyum aja lagi
karena mungkin memang dia sudah banyak sekali jalan-jalan diluar sana. Yang
lebih kupikirkan adalah pembuat status tadi, pastinya dia berkecil hati
(menurutku), ke negara tetangga seperti Malaysia atau Singapura (kita ibaratkan
saja A dan B itu Malaysia dan Singapura, dan C adalah negara di Eropa) saja
mungkin baginya adalah hal yang besar dan perlu usaha tinggi agar tercapai.
Akan tetapi malah tanggapan sinis yang didapatnya, dan yang komen tidak sadar
status keuangan mereka jauh berbeda.
Apa bagusnya Malaysia dan Singapura, hanya
gedung-gedung tinggi, kalau aku sih lebih suka ke negara yang banyak
candi-candi, atau ke tempat yang banyak pantainya seperti Malldives biar
sekalian ngabisin duitnya puas tidak nanggung. Begitu kira-kira lanjutan si
komentator tadi, kali ini aku cukup mengelus dada, nih orang kayaknya
jalan-jalannya aja yang banyak, tapi kok pikirannya nggak nggak open minded
banget ya. Benar di Singapura banyak gedung-gedung menjulang tinggi, wahana
seru dan tak terlalu banyak pemandangan alam yang bisa kita nikmati disana.
Tapi bagi aku orang kampung ini melihat
gedung-gedung tinggi di Singapura dan segala sisi kotanya merupakan hal yang
sudah mewah dan jarang bisa kutemui di dalam kotaku sendiri Palembang tercinta.
Dan ketika dia berkata demikian juga untuk Malaysia, protes besar berkecamuk di
hatiku. Mungkin yang dia maksud lebih spesifik adalah Kuala Lumpur yang sudah
maju dan banyak juga gedung-gedung atau bangunan megah disana, dan tak banyak
menawarkan hiburan untuk pelancong expert (seperti dia).
![]() |
Sumber gambar sini |
Anehnya, justru aku menikmati ketika berada di
Kuala Lumpur dan Singapura, ya maklum seperti kataku tadi, orang kampung macam
aku ya pasti senang banget bisa melihat gedung-gedung tinggi nan megah yang
jarang kuliat sehari-hari. Dan anehnya lagi, justru aku mengamati betapa
teraturnya sistem transportasi di Singapura dan Kuala Lumpur, bagaimana
masyarakatnya yang sangat sadar kebersihan dan sangat modern serta menjaga
segala fasilitas yang disediakan pemerintahnya. Kok malah itu ya yang jadi
perhatianku selama jalan-jalan disana bukannya apa bagusnya Malaysia dan
Singapura.
Memang apa bagusnya Malaysia, menurut saya sih
banyak, apalagi Malaysia itu sungguh sangat luas tak hanya di Kuala Lumpur.
Saya masih ingin menelusuri lagi lebih jauh di Malaysia seperti Melaka,
Langkawi, Penang, Kuching, Serawak dan lain-lainnya bila saya diberi kemampuan
dalam waktu dan finansial. Tak masalah kalaupun di cap passport saya banyak
dari negara yang sama karena passion setiap traveller itu berbeda-beda. Kalau
masih berkata Malaysia itu apa bagusnya, mungkin harus lebih explore lagi
sejauh mana sudah menyusuri Malaysia.
![]() |
Sumber gambar sini |
Suatu ketika ada temanku yang berkunjung ke Kamboja
dan ketika aku bertanya bagus tidaknya Kamboja, temanku menjawab sinis ga ada
bagusnya, sudah panas, pemandangan ga ada yang bagus, yang ada cuma bangunan
tua. Di satu hari lain, aku juga bertanya kepada teman lain yang juga ke
Kamboja pada hari lain dan aku mendapat tanggapan berbeda. “Kamboja bagus
banget, banyak bangunan bersejarah dan aku betah berjam-jam disana.” Baiklah,
sekarang aku sedikit mengerti dengan “apa bagusnya” negara Kamboja. Dari kedua
traveller diatas, dapat dipastikan kalau passion mereka berdua berbeda, ada
yang lebih suka dengan keramaian dan hiburan, dan yang satunya lebih menyukai
tempat-tempat yang menyimpan banyak kenangan sejarah.
Jadi apa bagusnya Kamboja, tergantung dari sudut
mana anda melihat dan dari segi apa anda menyukai Kamboja. Tentunya tak hanya
Kamboja, dalam setiap negara tak lazim dan tak patut diberi gelar dengan kata
“apa bagusnya” ini, karena setiap negara punya ciri khas dan spot-spot tertentu
yang patut untuk dikunjungi dan diselami. Entah itu berupa budaya, cara
masyarakatnya, dan dari segi tatanan lingkungan hidupnya, setiap tempat di
belahan dunia ini punya hal yang pasti “bagus” dan layak untuk didatangi.
Aku mencoba untuk membalikkan sudut pandang pembaca
dari komen di status kawanku tadi dan mencoba untuk menjadi objek yang ditanya.
Ibaratkan saja aku ini adalah warga negara Malaysia atau Singapura. Ketika seseorang
bertanya “apa bagusnya Malaysia” sebagai warga negara Malaysia tentunya aku
akan menunjukkan apa saja yang layak untuk kutampilkan dan indahnya negaraku.
Tentu aku akan sangat tidak suka bila ada orang diluar negara Malaysia berkata
“apa bagusnya Malaysia cuma ada ini dan itu”.
![]() |
Sumber gambar sini |
Dan sekali lagi aku coba memandang dari sudut yang
berbeda, jikalau komen dari si empunya tadi ditujukan kepada ku dengan kalimat
“apa bagusnya Indonesia?”. BANYAKKKKKKKKKK sekali yang bagus di Indonesia,
bahkan semuanya bagus untuk dikunjungi, dari timur sampai ke barat, utara ke
selatan Indonesia menyajikan budaya, sejarah, hiburan, kesegaran, keindahan,
kearifan dan banyak lagi sudut yang indah dari bumi nusantara ini.
Dalam setiap kunjunganku ke luar negeri, aku selalu
berupaya untuk memberitahukan bagusnya negeriku, baiknya orang-orang di tanah
negeriku. Masih pantaskan kalimat “apa bagusnya” tadi untuk ditujukan pada
suatu negara? Masih layak-kah kata tersebut terlontarkan dari seorang traveler
yang sudah melanglang buana ke banyak negara? Entahlah, lihatlah dari
kacamatamu. Because travelling is not
about how many stamps you got on your passport or how many pictures shared on
you social media.
Dont stop dreaming, because everything comes from
dream.
wuihh, indonesiaaaa...
ReplyDeletewerbiasayahhh
Mokaseh mang, tumben dak up haha
DeleteLike this lahhh π
ReplyDeleteπππ
Deletesaya baru sadar loh mas feri,
ReplyDeleteblognya bagus sekali, namun display kita sepertinya agak mirip ya. hahaha
salam blogger mas
mampir ya
www.cekcarlie.cf
Mungkin kita jodoh mas *ngakak sampai tejengkang
Delete